Musim panas kali ini tak tertahankan bagi jutaan warga di sebagian wilayah Amerika Serikat. Gelombang panas menyebabkan temperatur melonjak di atas 100 derajat Fahrenheit atau 37,7 derajat Celcius di sejumlah kota di 20 negara bagian AS. Kota-kota yang 'terpanggang' termasuk Washington, St. Louis, dan Indianapolis.
Pada puncaknya, Sabtu 7
Juli 2012, suhu di sebagian titik bahkan dilaporkan mencapai 106 derajat
Fahrenheit atau 41 derajat Celcius, termasuk Washington. Warga
ramai-ramai mencelupkan tubuhnya di kolam dan danau, menonton film atau,
naik kereta bawah tanah tanpa tujuan, demi menikmati pendingin udara.
“Ini lebih panas dari neraka,” ujar John Ghio, turis dari St Louis setelah mengunjungi Gedung Putih, seperti dimuat Reuters, Minggu 8 Juli 2012. “Kami akan beli minuman dingin, naik subway, dan kembali ke hotel untuk mendinginkan diri.”
Panas tak tertahankan
juga dirasakan sekelompok turis asal China yang Nampak berfoto di depan
Gedung Departemen Keuangan AS. Mereka sempat berdebat, apakah lanjut ke
Monumen Washington atau menunggu sampai matahari terbenam. “Terlalu
panas,” kata Xao Duan (30), asal Beijing. “Ayahku bahkan mengatakan,
rasanya seperti dibakar".
Orang nomor satu AS,
Presiden AS Barack Obama juga jadi korban serangan panas saat
berkampanye di Ohio. Ia terlihat berkali-kali mengelap keringat di
wajahnya saat berpidato.
Penderitaan warga di
kawasan Mid-Atlantik makin menjadi, sebab sudah lebih dari seminggu
mereka hidup tanpa listrik paska badai musim panas ekstrem melanda
daerah tersebut bulan lalu. Termasuk, 120.000 rumah West Virginia dan
8.000 di pinggiran kota sekitar Baltimore dan Washington DC. Makanan
terancam busuk karena kulkas tak menyala, AC tak bisa digunakan.
Korban jiwa pun
terenggut. Setidaknya 30 nyawa melayang, mayoritas orang berusia tua.
Maut menjemput tiga orang jompo yang tinggal di satu rumah yang aliran
listriknya terputus. "Mereka ditemukan tewas dalam rumah yang tertutup
tanpa ventilasi,” kata dr Jeff Lee, deputi koroner Licking County, Ohio,
seperti dimuat Daily Mail, Minggu 8 Juli 2012. "Panas menyengat, juga masalah jantung dan paru-paru menjadi penyebab kematian mereka.”
Seorang bayi malang
berusia 4 bulan juga tewas akibat terjebak dalam waktu lama di dalam
mobil di luar rumahnya di Greenfield. Kala itu suhu udara di luar mobil
mencapai 100 derajat Fahrenheit atau sekitar 37,7 derakat Celcius.
Pejabat setempat juga
menambahkan, badai musim panas mempengaruhi kondisi jalan tol dan rel
kereta api. Salah satunya menyebabkan kereta tergelincir ke luar jalur
di Prince George County, Maryland, Jumat sore. Untung, 55 penumpangnya
selamat dan tak mengalami cidera.
Badan monitor kekeringan
AS mengatakan, 56 persen penduduk AS dikualifikasikan berada dalam
kekeringan. Ini adalah yang tertinggi dalam 12 tahun terakhir, melampaui
rekor 55 persen pada 26 Agustus 2003. Kondisi tahun ini hampir menyamai
kekeringan akut yang pernah terjadi pada tahun 1988. Panas juga membuat
tanaman gosong, harga jagung dan kedelai menanjak, mencapai rekor
tertinggi dalam satu minggu.
Hewan ternak pun mati.
“Sebanyak 80 sapi saya mati Kamis lalu karena tidak kuat menahan panas,”
kata Dean Hines, pemilik peternakan di Wisconsin. Setiap malam, Hines
menggunakan kipas angin untuk mendinginkan sapi-sapinya.
Tapi ada kabar baik
datang dari para ahli cuaca. Mulai Minggu (8/7), angin dingin dari
Kanada diperkirakan akan bergerak ke selatan dan mengurangi suhu panas
ekstrem. Namun, seperti dimuat Washington Post, penurunannya tak signifikan, masih di atas 90 derajat Fahrenheit.
Di St Louis misalnya,
angin menurunkan suhu udara dari 106 derajat menjadi 93 derajat
Fahrenheit. Meski demikian, penduduk belum merasa nyaman. Masih terlalu
panas. Demikian juga suhu di Philadelphia, Washington, dan Indianapolis
yang turun ke angka 90-an derajat.
Untuk banyak daerah,
penurunan suhu akan menuntut kompensasi. Berupa badai yang berpotensi
memutuskan aliran listrik ke ribuan rumah.
Cuaca buruk di Medan
Meski tak berkaitan
langsung, cuaca ekstrem dan panas juga dialami di wilayah Indonesia, di
garis katulistiwa. Tepatnya di Medan dan wilayah Sumatera Utara lainnya.
Dia pagi hingga siang
hari, cuaca mendung. Namun alih-alih sejuk, udara panas terasa
menyengat. Pada sore hingga malam hari kondisi berbalik 180 derajat,
hujan deras dan disertai angin kencang menghantui Medan dan sekitarnya.
Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, kondisi seperti ini masih
akan terus berlanjut hingga dua minggu ke depan. Hal tersebut disebabkan
angin barat yang masih berhembus.
“Memang sejak beberapa
bulan lalu cuaca di Medan dan sekitarnya tak menentu, sejak April lalu
hujan terus, pada bulan Juni cuaca panas terik hingga mencapai suhu 37
derajat. Dan pada bulan Juli cuaca selalu berawan, tetapi menghasilkan
udara panas. Pada malam hari giliran hujan deras disertai angin
kencang," ujar Kabid Data dan Informasi BMKG Polonia Wilayah 1 Medan,
Hendra Suwarta kepada VIVAnews.
Pada bulan Juli tercatat 2 korban tewas berkaitan dengan cuaca ekstrem itu. Tertimpa pohon atau material yang jatuh.
BMKG mengimbau masyarakat
berhati-hati saat terjadi hujan deras disertai angin kencang karena
mampu memporak-porandakan atap rumah serta memicu terjadinya pohon
tumbang.
Hendra menambahkan,
potensi angin kencang atau puting beliung tak hanya datang pada saat
hujan deras. “Dalam kondisi tak hujan angin juga bisa saja datang,
seperti yang terjadi belakangan terakhir di bulan Juli, potensi angin
kencang yang perlu diwaspadai di wilayah Medan dan Deli Serdang”, dia
menambahkan.(viva.co.id)
Tag :
Berita
0 Komentar untuk "Amerika Serikat "Dipanggang" Cuaca Panas"