Pulsa Murah

Kampung di Kediri ini wajib gunakan Bahasa Inggris


Penduduk Indonesia memang kaya akan bahasa. Banyak yang terkejut saat mengetahui penduduk Kepulauan Buton, Sulawesi Tenggara, dari Suku Cia-cia mahir menulis aksara Hangeul, padahal huruf itu identik dengan Bahasa Korea.

Fenomena bahasa unik serupa, juga ada di Pulau Jawa, tepatnya di Kampung Inggris Desa Pelem, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Ratusan warga di perkampungan itu sehari-hari berkomunikasi dengan Bahasa Inggris, padahal mereka semua orang Indonesia asli.

Bila sejarah penggunaan aksara Hangeul di Buton masih belum diketahui, tidak demikian dengan Kampung Inggris yang relatif terlacak dan sudah punya nama. Banyak warga mahir berbahasa Inggris karena di Desa Pelem, 25 km dari kota Kediri, sejak tiga dekade terakhir berdiri puluhan lembaga kursus bahasa.

Jika ditengok kembali, lembaga kursus tertua yang menyuburkan budaya berbahasa Inggris di kawasan Pelem adalah Basic English Course yang didirikan pada 15 Juni 1977 oleh Ustaz Kalend Olsen. Dia awalnya santri di pesantren milik almarhum Ustaz Yazid, seorang ulama yang konon menguasai delapan bahasa asing.

Metode pengajaran Bahasa Inggris yang mudah dipahami di tempat ini menarik minat banyak orang. Selain itu, ciri utama dari sistem belajar di Pare adalah banyaknya lembaga yang membuka asrama.

Keberadaan para penghuni asrama tersebut kemudian membuat suasana di Pelem sangat kosmopolitan dan akhirnya membuat warga kampung lain memberi julukan 'Kampung Inggris'.

Munandar, warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan, yang pernah belajar di Kampung Inggris mengaku sistem asrama lebih efektif karena memaksa setiap siswa bicara bahasa Inggris.

"Setiap bicara selain Bahasa Inggris, dapat hukuman, biasanya membersihkan kamar mandi, kelas, atau ada juga asrama yang memberi denda Rp 500 per kata bukan bahasa Inggris," kata pria yang akrab disapa Nandar ini kepada merdeka.com, Minggu (12/8).

Menurutnya, saat ini ada sekitar 114 lembaga kursus di desa itu. Rata-rata didirikan oleh lulusan BEC.

Berdasarkan pengalaman Nandar, beberapa tempat, seperti BEC atau ELFAST selalu penuh, sampai menolak calon siswa. Para pelajar itu datang dari seluruh wilayah Indonesia.

Selain metode pendidikan yang efektif, ratusan pelajar bersedia jauh-jauh ke desa di pedalaman Kediri itu lantaran biaya sangat murah. Pada dua tahun lalu, hanya dibutuhkan uang Rp 150 ribu untuk bisa belajar di asrama.

"Bahkan sekali makan saat itu cuma Rp 2.500, kami sudah dapat lauk lengkap," kata dia. Kini, rata-rata lembaga dengan sistem asrama kabarnya memungut biaya Rp 250 ribu per siswa.|sumber:merdeka.com|
0 Komentar untuk "Kampung di Kediri ini wajib gunakan Bahasa Inggris"

Back To Top